Monday, June 9, 2014

Tentang sekolah aku SMK PENERBANGAN DIRGHANTARA,CURUG

Kali ini aku akan bercerita tentang sekolah aku.. :D

SMK PENERBANGAN DIRGHANTARA berlokasi di Komplek STPI curug..
Ya makanya terkadang kita bisa ngeliat kehidupan taruna STPI tuh seperti apa..
Aku termasuk orang yang beruntung,, aku bisa masuk hanggar STPI beberapa kali bersama guru2ku karena sebagian guruku si smk adalah dosen atau mekanik di sana..
Aku bahkan ngk meyangka bisa RUN UP pesawat disana yang sebelumnya belum pernah aku bayangin,, ya walauppun nyetir nya di ground doank.. tapi aku tetap bangga :D

Bagaimana baik dan buruknya sekolah aku,, kekurangan serta kelebihannya,, aku tetap bangga pernah menjadi salah satu siswi di Smk Penerbangan Dirghantara,Curug..
Karena dari sanalah aku mengetahui ilmu yang sebelumnya belum pernah aku ketahui,, ya mungkin kalo kita cari sendiri hanya cera umum tapi di sekolah ini aku mendapatkan sesuatu yang aku rasa yang tidak di dapat oleh sekolah biasa..

Walaupun sedih rambutnya pendek kayak cowok gini :(
Eiittss tapi aku bangga lho biarin rambut pendek kayak gini tapi tau ilmu penerbangan,, hehe ya ngk??
Dan di sini juga aku tau arti persahabatan dan pertemanan,,
yang mana yg beneran temen mana yang dateng pas kita lagi seneng doank.. ;)

Rasa banggaku tak berkurang saat menggunakan uniform,, itulah yang membuat aku ingin meneruskan lagi ke jenjang yang lebih baik di sekolah yang berkualitas juga..

Kami memiliki 4 model uniform :

Ini pakaian PDH Smk Penerbangan Dirghantara (Pakaian Dinas Harian)
Anita-Elsie-Aulia

Ini Pakaian Dinas Nasional Smk Penerbangan Dirghantara (PDN)
Yoga-Elsie-Annida

Ini adalah baju praktek Smk Penerbangan Dirghantara(Overall)
Ruri-Elsie

Ini pakaian Olahraga Smk Penerbangan Dirghantara
Hesti-Elsie

Ohh ia kali ini ada yang berbeda dengan wisuda SMK PENERBANGAN DIRGHANTARA,,
khusus kami angkatan 7,, kami menggunakan pakaian PDU (Pakaian Dinas Upacara) yang dulu sih cowoknya sebatas pake jas dan cewek kebaya..
Mungkin angkatan kami keren2 kali yah jadi wisudanya keren.. haha :D



Ini foto kita pas lagi latihan :D


 huaalaaahhh dan inilah foto-foto pas kita wisuda :D






Dan ini foto aku pas wisuda
SMK PENERBANGAN DIRGHANTARA

ELSIE CAROLINA WILIAM

ELSIE CAROLINA WILIAM

Big thanks buat SMK PENERBANGAN DIRGHANTARA yang sudah mendidik kami menjadi siswa siswi terbaik :D


Monday, April 14, 2014

Love and Life

We cannot life without love,,
and Life without love will feel empty..
Maybe some people think that in relationship with someone you love is perfect,,
But for someone else love is painful..
That's true,, but we need someone to complete us,, agree??

When you really love someone with all your heart,, even he disappointed you make u sad and your tears start to fall,, you cant even forget him..
Once he give you their attention you will immediately feel a new spirit come..

No matter how hard you try to let it go,, you can say "I can without him",, but really you can do that when you see him?? or just see his smile when he joke and laugh with his friends??

Come on,, in relationship its not about one person.. If he to selfish,, I suggest you to let it go..
He couldn't feel what you feel even you ignore all the guys who want you just for him..
Please say to him "Do I still love you?? Its a yes,, Do I still care for you?? Its a yes too,, Do I still think about you?? Yes, Of course,, But do I want u back?? No.."
You cant rely yourself just to one person..
If he broke you??
If he still don't care about you??
If he hurt you more and more??
Do you still want to stay??
Hey don't be stupid because of one person,, look there someone better wait you..

Let it go,, Life must go on..
Just be good enough to forgive him,, but don't be stupid enough to trust him again.. :)
One day he will realize that he just lost a diamond while he too busy to collecting stones.. :)
Don't forget,, LIFE WITH SOMEONE WHO PROUD TO HAVE YOU.. :D




Thursday, April 10, 2014

Instrument Landing System (ILS)

Oke sesuai janji aku kemaren,, hari ini aku mau bahas tentang ILS..
Hehehe.. ini materi laporan ojt aku kemaren,, aku share di sini aja semoga bermanfaat.. (^-^)

INSTRUMENT LANDING SYSTEM


1. Teori Dasar Instrument Landing System.
          ILS digunakan untuk memandu pesawat agar dapat mendarat dengan aman pada saat cuaca buruk, jarak pandang minimum, night flying maupun instrument approach pada saat kondisi cuaca Instrument Meteorological Condition (IMC) dengan Instrument Flight Rules  (IFR) .
III. 1. 1.Equipment Ground Transmitter
            Secara garis besar ILS transmitter (Tx) terdiri dari:
1.      Horizontal Directional Reference yang disebut Runway Localizer
2.      Vertical Directional Reference yang disebut Glide Slope
3.      Marker Beacon Transmitter

1.      LOCALIZER TRANSMITTER

         Localizer signal dihasilkan oleh runway localizer transmitter yang dipasang pada jarak  +  1000 ft dari ujung landasan dan beroperasi pada VHF Band 108.00 – 112.00 MHz, dimana Tx pada Odd tenths step (ganjil) dan Receiver (Rx) pada event tenths step (genap). Loc Tx terdiri dari dua buah radio frekuensi (RF) Transmiter dan delapan buah Loop Antena.

          Kedua RF Tx itu akan memancarkan dua radio signal yang berbeda secara horizontal radiation pattern yaitu signal Loc path sebelah kanan akan di modulasi dengan 150 Hz yang disebut blue sector sedangkan signal Loc path sebelah kiri akan di modulasi dengan 90 Hz yang disebut yellow sector, dimana keduanya akan menghasilkan radio course yang sejajar dengan runway center line, jadi pada saat pesawat berada pada ON Course Signal maka Loc Rx pada pesawat akan menerima sinyal sekaligus yang terdiri dari dua macam modulasi yaitu 150 Hz dan 90 Hz Modulations.Output receiver nya berupa vertical needle pada instrument.


Contoh:
Jika pesawat pada saat approach terbang terlalu kekanan dari Loc Center Line, maka 150 Hz Signal akan lebih dominan dan Vertical neddle akan bergerak kekiri dan pilot harus mengarahkan pesawat kekiri hingga vertical neddle berada pada center line Loc beam. Begitu juga sebaliknya.


2.      GLIDE SLOPE TRANSMITTER
            Glide slope signal dihasilkan oleh glide slope transmitter yang dipasang disamping runway +  400 ft dan mengarahkan pesawat ke touchdown point pada Threashold Target Speed (TTS) yang biasanya 15% dari panjang landasan di ukur dari approach end of runway. Glide Slope Tx beroperasi pada UHF Band 328.6 – 335.4 MHz yang terdiri dari dua buah RF yang berbeda secara vertical radiation patern yaitu signal glide slope yang berada diatas glide path akan di modulasi dengan 90 Hz dan signal dibawah glide path akan dimodulasi dengan 150 Hz.Output receiver nya berupa horizontal needle pada instrument.
Contoh:
Jika pada saat approach pesawat terbang terlalu rendah / dibawah glide path maka 150 kHz sinyal akan lebih dominan dan horizontal neddle akan bergerak keatas dari center line yang berarti pesawat kurang baik dan pilot harus mengurangi rate of descend sehingga neddle center line atau berada tepat ditengah-tengah garis.

3.      MARKER BEACON
Suara dan lampu digunakan bersamaan dengan ILS yang berguna untuk memberikan peringatan kepada pilot jarak pesawat terhadap landasan yang berupa.

            TECHNICAL DATA MARKER BEACON
                                                                  Outer                     Midle                 Inner
Distance to R/W Threshold                  10 Km                    1 Km                 75 Mtr
Modulation                                             400 Hz                  1300 Hz            3000 Hz
Morse Code                                     -- 2dashes/sec               .-.-         .......6 dashes/sec
            Light Code                                         Blue/Purple                 Amber               White
Carrier Frekwensi            : 75 MHz
Transmitter Power           : 100 Watt
Beam                               : Fan Shapped Vertical
AIRWAYS MARKER   : Transmitt 300 Hz continously is located at airways crossing


         III. 1.2   AIRBORNE /RECEIVER EQUIPMENT
 Secara garis besar airborne eqipment terdiri dari:
1.    VHF Localizer Antena and Receiver
2.    UHF  Glide Path Antena and Receiver
3.    75 MHz Cabling Beacon Antena and Receiver
4.    Aerial Cabling Power Supplies
5.    Marker Beacon Light Panel
6.    ILS Display (indicator)

1.      LOCALIZER
              Digunakan agar pilot dapat menjaga Track yang merupakan runway centerline. (lihat gambar) Lock Tx signal diterima oleh VHF antena dan diteruskan ke receiver, output dari receiver dirubah dalam AM detector. Detector memisahkan dua sinyal yaitu 90 Hz dan 150 Hz dari crier wave, kedua sinyal ini dipisahkan dengan menggunakan dua filter  (90 Hz dan 150 Hz) kemudian diarahkan oleh diode dan Rectified voltage  mengukur secara silang R1 dan R2 banyaknya tegangan pada filter output. Perbedaan tegangan antara titik A dan B akan menyebabkan Vertical needle bergerak kekiri atau kekanan sesuai dengan besarnya perbedaan tegangan tersebut.
Contoh :
Jika pesawat approach tepat pada lock center line , maka 90 Hz dan 150 HZ sinyal akan diterima sama kuatnya sehingga tegangan pada R1 dan R2 sama (tidak ada perbedaan tegangan pada titik A dan titik B) CDI Center. Bila pesawat terbang terlalu kiri dari loc center line, maka signal 90 Hz akan lebih kuat sehingga tegangan output pada R1 lebih tinggi dan A lebih posistif dari B, arus mengalir dari A ke B maka CDI Deflek kekanan dari center line. Begitu juga sebalik nya.

2.      GLIDE SLOPE          

            Digunakan agar pilot terbang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah pada saat approach to landing ( sebagai vertical guidance). Pada prinsip nya cara kerja Glide Slope sama dengan Localizer hanya saja menggunakan frekewensi UHF dan yang bergerak adalah horizontal neddle nya. Jika Loc Rx di tune pada suatu frekwensi glide slope Rx secara ototmatis akan tuned pada chanel pasangannya dari Loc frekwensi. 

1.      MARKER BEACON
     Marker beacon Rx adalah diset pada frekwensi yang tetap yaitu 75 MHz pada semua marker beacon Tx dan tidak mempunyai external frekwensi. (lihat gambar) AM detector output pada receiver dihubungkan pada tiga filter yaitu 400 Hz, 1300 Hz dan 3000 Hz . jika pesawat melewati outer marker maka blue light akan berkedip 2x / sec (- -), Jika midle marker terlewati maka amber light akan berkedip 2x/sec (._._) dan jika inner Marker terlewati white light akan berkedip 6x /sec (. . . . . . ) kemudian jika air ways marker terlewati maka white light akan menyala, intensitas lampu tergantung dari altitude nya sedang lama nya menyala/ berkedip tergantung dari kecepatan pesawat  itu dan ketinggian nya terhadap beacon Tx .
      Sensitive high/Low swicth digunakan untuk memilih sensitivitas dari penerimaan beacon light, jika diset pada hight maka lampu akan menyala walaupun penerima signal di antena lemah, biasanya digunakan untuk mendeteksi airways marker selama terbang jelajah ( cruise) sampai altitude + 50.000 Ft dengan single morse code , Posisi low biasa nya digunakan selama ILS approach. Audio output dari receiver juga dihubungkan dengan AUDIO SELECTOR PANEL.

2.      DEVIATION DETECTOR AND FLAG CIRCUIT
        
Flagh/bendera yang berada di indicator digunakan untuk memberitahukan kepada pilot bahwa tidak ada signal masuk atau terjadi kerusakan pada sistim pada baik Rx ataupun tidak ada power pada sistim dengan tanda bendera atau OFF. (lihat gambar) jika 90 Hz dan 150 Hz diterima dengan baik maka  flag tidak akan tampil karena tegangan yang keluar filter output akan melalui 1a dan 1b akan menuju  flag coil dan menahan flag di dalam sedangkan penerimaan sedang lemah atau terjadi malfungtion maka pada flag coil tidak ada/lemah kemagnetannya sehingga flag tertarik keluar oleh spring.


3.      CATATAN


A.    ILS CATAGORY (Facility Performance Catagories)
-          CAT 1 : Akurasi 200 ft diatas ILS Reference Point
-          CAT 2 : Akurasi 50 ft diatas ILS Reference Point
-          CAT 3 : Akurasi sampai dilandasan
Pada CAT Inner marker dijadikan sebagai Decision Point untuk Missed Approach.

B.     Cara menghitung Rate Of Descend terhadap speed dan Glide path.
Speed = ground speed.

30   Glide Path = Normaly

60 kts = 1nm / min x 300 = 300 ft / min
120 kts = 2nm / min x 300 = 600 ft / min
150 kts = 2.5 nm / min x 300 = 750 ft /min

3 1/2Glide Path

60 kts = 1nm / min x 350 = 350 ft / min
120 kts = 2 nm / min x 350 = 700 ft / min
150 kts = 2.5 nm / min x 350 = 875 ft / min


III. 1. 3. Cara Mendarat Dengan ILS
                        Terdapat dua hal yang harus diperhatikan penerbang pada saat mendaratkan pesawat nya yaitu aligment atau kelurusan pesawat dengan garis tengah landasan. Slope yang terdiri dari glide path (garis lucur) dan glide slope (sudut luncur). Kelurusan pesawat dengan garis tengah landasan bias diperoleh dengan membuat garis imajiner yang merupakan perpanjangan garis tengah landasan. Glide path merupakan sebuah garis yang ditarik dari ujung landasan yang membentuk sudut (glide slope) antara 2-40 terhadap garis center line.
                              ILS merupakan alat bantu pendaratan yang fungsi nya sebagai alat bantu presisi yang digunakan untuk memandu pesawat agar dapat mendarat dengan aman dalam kondisi cuaca yang paling minim, yang tidak mungkin  dilakukan secara visual. ILS hanya akan bermanfaat jika pesawat terbang dilengkapi dengan system penerima gelombang ILS yang dipancarkan dari Bandar udara tujuan dan sebaliknya .
                              Salah satu indicator instrument ILS adalah yang menayangkan dua buah garis vertical dan horizontal. Garis vertical menunjukan posisi pesawat terhadap garis tengah landasan, sedangkan garis horizontal menunjukan slope (sudut) pesawat. Bila pesawat berada tepat pada posisi ILS maka kedua garis tersebut akan saling berpotongan tepat ditengah-tengah nya.

Contoh:

         Dalam kondisi normal, dibandara polonia medan biasa nya pesawat terbang holding diatas medan VOR untuk mendapatkan giliran mendarat. Saat itu pesawat terbang menyesuaikan frekwensi ILS dengan frekwensi ILS yang dipancarkan oleh bandara tujuan. Setelah mendapatkan ijin dari ATC, penerbang mulai menerbangkan pesawatnya mengikuti jalur ILS setelah semua peralatan diatur dan ijin pendaratan telah diberikan, penerbang mulai descend hingga ketinggian 2500 feet dan mulai memasuki jalur localizer ILS.
                  Bila pesawat berada pada posisi 5 MDN localizer menunjukan posisi pesawat terhadap garis tengah landasan. Pada posisi 3MDN pesawat harus sudah melakukan intercept slope dan localizer. Instrument dicocpit menunjukan garis vertical dan horizontal berpotongan tepat ditengah-tengah nya.
                 
                  Posisi ini harus tetap dipertahankan hingga pesawat berada pada decision altitude yang berada pada keinggian + 315 feet. Jika pada ketinggian tersebut secara visual penerbang belum melihat landasan tujuan , maka penerbang harus melakukan procedure missed approach yaitu membatalkan pendaratan dengan menaikan pesawat hingga ketinggian yang ditentukan dan mencoba lagi. 


III. 2.  ILS  PADA PESAWAT BOEING 737 – 300/400/500
                  ILS merupakan alat bantu pendaratan yang fungsi nya sebagai alat bantu presisi yang digunakan untuk memandu pesawat agar dapat mendarat dengan aman dalam kondisi cuaca yang paling minim, yang tidak mungkin  dilakukan secara visual. ILS hanya akan bermanfaat jika pesawat terbang dilengkapi dengan system penerima gelombang ILS yang dipancarkan dari Bandar udara tujuan dan sebalik .
                  Salah satu indicator instrument ILS adalah yang menyang dua buah garis vertical dan horizontal. Garis vertical menunjukan posisi pesawat terhadap garis tenagah landasan, sedangakn garis horizontal menunjukan slope (sudut) pesawat. Bila pesawat berada tepat pada posisi ILS maka kedua garis tersebut akan saling berpotongan tepat ditengah-tengah nya. Terdapat tiga komponen ILS pada pesawat, yaitu marker beacon, glide slope, dan localizer. Marker beacon ditunjukkan pada Two indicator like assemblies, glide slope dan localizer ditunjukkan pada Stanby Atitude / ILS indicator atau pada Electronic Atitude Director Indicator (EADI). 


Gambar. 1. 04. VOR/ILS Navigation System Component Location


Gambar. 1. 05. VOR/ILS Navigation System indicator
1.      Marker Beacon System

                Marker beacon system berfungsi memberikan tanda dan petunjuk secara visual dan aural ketika pesawat terbang melintas atau terbanag diatas pemancar marker beacon (ground base marker beacon Tx).station pemancar marker beacon yang berada di ground memancarkan narrow beams yaitu RF signal pada frequency masing-masing 400,1300, atau 3000 Hz.

                Sinyal akan membuat lampu menyala secara tepat pada saat pesawat terbang melintasi stasion pemancar Tx. Tanda tersebut menunjukan posisi yang tepat dan specific selama navigasi dar point ke point. Tanda tersebut juga memberikan petunjuk jarak yang benar terhadap runway selama landing approach.

                Marker beacon system terdiri dari 4 komponen utama, yaitu;
a.      Receiver
b.      Antenna
c.       Two indicator like assemblies
d.      Hight/ low sensivity switch
                 Station pemancar Tx marker beacon memancarkan sinyal RF 75 Hz  diatur dengan masing-masing 400, 1300, dan 3000 Hz audio. Tanda audio (keyed) dan light (doth dan dhases) merupakan tanda identifikasi yang digunakan sampai final approach.pada runway. Lokasi outer marker kira – kira 6,5 km dari ujung runway. Ketika pesawat melintasi outer marker maka lampu biru akan menyala di panel instrument pada frekwensi 400 Hz dan sebuah nada dilanjutkan dengan dhases yang terdengar pada interphone.
                                    Lampu middle marker akan menyala amber pada frekwensi 1300 Hz, dan terdapat suara alternate dots dan dhases . middle marker berlokasi kira – kira 1067m dari ujung runway. Inner marker akan menyala putih yaitu pada frequency 3000 Hz pada saat pesawat melintasi pemancarnya. Dengan melihat tanda tersebut (visual dan aural) maka fligh crew dapat menentukan posisi final approach di runway.
Gambar. 1. 06. Marker Beacon System Component Location

Gambar. 1. 07. Indicator Light Marfker Beacon



Gambar. 1. 09. Marker Beacen Receiver





Gambar.. 1. 10. Marker Beacon System





Gambar. 1.11. Marker Beacon System Block Diagram


1.      Glide slope

Glide slope (G/S)  antenna dengan dua output ports dengan horizontal  polarized unit yang dipasang di atas antenna weather radar pada nose radome. Pada antenna glide slope terdapat director bar yang merupakan passif element yang digunakan untuk merubah  G/S seperti unit navigasi yang memiliki sensifitas glide slope yang tinggi. Director bar terdiri dari 13 inch stip yang terbuat dari aluminium foil, pressure sensitive tap , terpasang secara horizontal di samping nose radome kira kira 22 inch di depan dari bagian akhir pada nose radome bagian tengah.


Gambar. 1. 12. Glide Slope Antena Installation




1.      Localizer
Localizer antenna dengan dua RF output port di pasang pada nose radome di bawah weather antenna. RF port terhubung dengan ILS relay yang terpisah untuk menyediakan RF signal untuk navigation unit.

Gambar. 1. 13. Localizer  Antenna Installation



Wednesday, April 9, 2014

Cabin Pressurization

Oke kali ini kita akan membahas tentang Cabin Pressurization,,
Rencananya sih untuk posting selanjutnya aku bakal bahas soal ILS (Instrument Landing System)
Semoga bermanfaat.. (^-^)

LANDASAN TEORI


            Atmosfere sebagai media penerbangan mempunyai komposisi tertentu yang terdiri dari 78% Nitrogen, 21% Oxygen dan gas lain 1% (Argon, Neon, Xenon, Krypton, Ozone). Atmosfere juga terbagi menjadi beberapa lapisan diantaranya adalah :
 

                Exosphere                     250.000 feet keatas

                                  

                Ionosphere                    115.000-250.000 feet

                                  

                Stratosphere                 64.000-115.000 feet

                                               

                Tropopause                  40.000-64.000 feet



                                               Troposphere                  0-30.000 / 40.000 feet


                                                                   Permukaan Bumi

           
            Pada lapisan tersebut tentunya mempunyai tekanan statis yang berbeda-beda. Secara teori tekanan statis adalah tekanan udara yang terdapat disekeliling kita dalam udara terbuka dalam keadaan diam. Hal itu dapat kita samakan dengan keadaan didalam cabin pesawat pada saat terbang.



         1. Dasar Landasan Teori Pressurization
                   Prinsip dasar tekanan statis adalah diatur secara Internasional dalam ISA (Internasional Standart Atmosphere) yang berbunyi : “ Tekanan udara statis akan berkurang sesuai dengan penambahan ketinggian, tetapi penurunan tersebut tidak dalam harga yang tetap”. Pada standart sea level besar tekanan tersebut adalah 29.92 inc Hg atau 14.7 Psi.
                      Karena tekanan statis dipengaruhi oleh ketinggian maka dibutuhkan suatu sistem yang berguna untuk mengatur dan membuat agar tekanan statik di sea level dapat diwujudkan pada setiap ketinggian terbang berapapun juga. Hal ini bertujuan agar tercipta suasana nyaman bagi para penumpang  dan awak pesawat.
                    Setiap pesawat yang mempunyai kemampuan terbang tinggi diatas 8.000 feet harus mempunyai suatu sistem untuk menunjang kenyamanan para penumpang. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tinggi kita berada diatas permukaan bumi maka tekanan udara semakin berkurang. Hal inilah yang mengharuskan pesawat dilengkapi dengan sistem pressurization.
                Pesawat memulai suatu operasi penerbangan pada suatu Bandara yang mempunyai ketinggian dekat dengan sea level kemudian akan mendarat pada Bandara lain yangnjuga mempunyai ketinggian dekat dengan sea level.
                    Cabin altitude dimulai pada saat take off altitude, selama pesawat terbang climb (menanjak) tekanan udara diluar pesawat (ambient pressure) turun. Semakin besar altitude maka ambient pressure juga akan menjadi semakin rendah. Pada saar pesawat climb, maka cabin altitude juga dalam mkeadaan climb sehingga pesawat pada ketinggian berapapun, maka cabin altitude juga akan menyesuaikan, hal inilah yang apabila tidak dibantu dengan suatu sistem pressurization akan mengakibatkan tekanan didalam pesawat tidak sesuai dengan sea level. Pressurization system akan menyediakan differential pressure (dp) antara cabin pressure dengan ambient pressure.

Ketinggian pesawat diatas sea level  ditentukan dengan cara menghitung tekanan pada ambient atmosphere. Contoh, pada ketinggian 30.000 feet diatas sea level, ambient pressure akan menjadi 4.36 Psi. Cabin altitude dapat diukur dengan menambah ambient pressure dengan 7.80 Psi yang diatur sendiri oleh pesawat terbang dengan menggunakan pressurization system

                        Ambient pressure        =         4.36 Psi (ketinggian 30.000 feet)
                        Pressure differential    =         7.80 Psi          
                                                                        12.16 Psi

                      Maka saat pesawat terbang pada ketinggian 30.000 feet, ambient pressure hanya 4.36 Psi, keadaan ini jelas akan fatal akibatnya apabila tidak segera disesuaikan. Sehingga dibutuhkan pressurization system untuk menyediakan differential pressure dengan tujuan menciptakan cabin altitude pada ketinggian 30.000 feet seakan-akan berada di ketinggian 5.150 feet diatas sea level.
 \

        2. Sistem Pendukung Pressurization
                        Tentunya pressurization system tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan atau kerja sama dengan sistem yang lain, karena jelas pressurization system membutuhkan suatu sistem untuk menyupai udara yang nantinya akan digunakan sebagai air presure untuk membuat suatu tekanan tertentu didalam cabin. Sumber udara tadi diperoleh dari suatu sistem yang disebut air conditioning system.
        
        2.1. Air Conditioning System
                                    Pesawat yang mempunyai sistem pressurization tentunya juga harus dilengkapi dengan air conditioning system. Sistem ini merupakan salah satu sistem yang penting dalam pesawat terbang. Sistem ini berfungsi untuk mempertahankan kenyamanan suhu udara didalam fuselage pesawat terbang. Sistem ini akan menaikkan dan menurunkan temperatur udara sesuai yang dibutuhkan untuk memperoleh kondisi yang diinginkan. Selainitu, biasanya air conditioning system digunakan untuk mengontrol udara untuik menjaga kenyamanan para penumpang dan awak pesawat terbang.
                                    Air conditioning system mensuplai udara yang dikondisikan untuk penghangatan dan pendinginan bagian ruang cockpit dan cabin. Fungsi lainnya adalah untuk mencegah panas yang berkelanjut yang dapat menimbulkan kerusakan pada equipment.
                                    Beberapa dari air conditioning system ini dipasang pada pesawat terbang modern menggunakan udara turbine refrigerating unit untuk menyuplai udara yang diinginkan. Ini biasa disebut dengan air cycle system.
                                    Air cycle system bekerja dengan cara mendinginkan udara panas melalui suatu sistem perputaran udara atau yang biasa disebut dengan Air Cycle Machine (ACM).
                                    Udara panas masuk ke suatu bejana ke suatu sistem melalui perubahan panas. Udara panas diambil dari compressor bleed air stage 5 dan  9. Selain itu udara panas juga di dapat dari Auxiliary Power Unit (APU). Udara panas yang masuk kedalam sistem kemudian terjadi pertukaran panas dalam komponen heat exchanger. Jumlah udara yang masuk ke air conditioning system diatur oleh pack valve. Udara panas didinginkan pada heat exchanger dengan udara dingin yang diperoleh dari udara luar (Ram Air).
                                    Setelah melalui primary heat exchanger udara masuk ke ACM compressor untuk dimampatkan dan diteruskan ke secondary heat exchanger untuk didinginkan kembali dengan ram air, lalu udara diteruskan lagi ke ACM turbine untuk diturunkan temperaturnya menjadi lebih dingin lagi. Kemudian udara diteruskan ke water separator untuk dipisahkan antara udara dan air. Air yang tersaring dibuang melalui suatu saluran ke bagian luar pesawat. Udara dingin murni yang didapat kemudian mengalir ke mix chamber lalu ke main distributor untuk dibagi ke cabin, cargo dan  cockpit.


Typical Pressurization dan Air Conditioning

ANALISA DAN HASIL DATA


            Untuk mengisi tekanan didalam cabin seal / layer maka dibutuhkan air pressure yang dihasilkan oleh compressor / supercharger. Alat ini mendapat supli udara dari engine atau juga berasal dari auxilary power unit (unit). Udara bertekanan ini hanya dibatasi pada ruangan flight, passenger dan cargo compartment.

1.    Pressurization System
                        Sistem pressurization ini menyediakan pressure differential yang dikontrol menggunakan outflow valve dan pressure regulator yang dipasang di fuselage. Sistem ini terdiri dari pressurization control system dan back up control system.
           
                        1.1. Pressurization Control system
                                    Merupakan sistem pengontrol tekanan yang bertujuan untuk menyediakan cabin differential pressure dengan cara mengatur outflow valve yang terpasang pada fuselage. Pressure control system terdiri dari aft outflow valve, forward outflow valve, pressure controller dan control panel. Sistem ini juga mempunyai beberapa mode operasional yang terdiri dari : auto mode, standby mode, manual mode.


Pressurization System Basic Schematic

                           1.1.1.  Aft Outflow Valve
                                          Dipasang pada fuselage skin sisi kanan, dibelakang aft cargo compartment. Aft outflow valve mengatur udara pada cabin untuk dibuang keluar pesawat guna menghindari supaya tidak terjadi over cabin pressure. Valve ini digerakkan oleh actuator yang powernya tergantung pada pilihan flight crew, bisa AC motoratau DC motor. Signal yang menggerakkan motor  (actuator) tersebut berasal dari pressure controller.      

                
           1.1.2.  Forward Outflow Valve
                                             Dipasang pada bagian kiri fuselage skin¸terletak disamping EE compartment. Forward outflow valve menerima control signal atau perintah dari aft outflow valve. Ketika aft outflow valve menutup maka forward outflow valve mendapat signal untuk menutup secara penuh. Forward outflow valve digerakkan dengan menggunakan tegangan sebesar 115 volt AC.

            1.1.3.  Pressure Controller
                                  Dipasang pada E1-1 rack pada EE compartment. Pressure controller menyediakan control signal untuk menggerakkan AC atau DC motor, kemudian motor ini akan menggerakkan outflow valve. Input signal pada controoler berasal dari control panel sehingga pressure controller mengolag input signal tersebut untuk menghasilkan signal perintah pada outflow valve.


            1.1.4.  Control Panel
                                       Yang terletak pada panel P5. control panel adalah sarana utama yang digunakan oleh flight crew untuk mengontrol cabin pressure dengan cara memberi signal perintah pada controller untuk menggerakkan outflow valve, sehingga secara tidak langsung control panel juga memberi perintah dalam pergerakkan outflow valve. Control panel dibagi menjadi empat bagian .

                                   
                                       Section pertama adalah untuk mode selection, bagian yang lain dibagi untuk auto, standby dan manual operating.
            1.1.4.1. Mode Selection
       Pada bagian ini terdapat mode selector switch dan toggle FLT/GRN switch.
Mode selector switch merupakan rotary type switch yang digerakkan dengan cara
memutarnya, switch ini dapat dioperasikan ke setiap mode yang tertulis disekelilingnya
dan ada satu bagian untuk check AUTO FAIL circuits. Sedangkan toggle FLT/GRN
switch mempunyai dua posisi toggle yang digunakan untuk menentukan kondisi apakah
pada ground pressurized atau ground unpressurized pada mode auto dan standby.

1.1.4.2. Auto Mode Selection
                             Pada bagian auto mode yang terdapat di control panel terdapat dua macam fungsi switch yaitu FLT ALT Readout and control dan LAND ALT readout and control. FLT ALT readout bisa diatur pada ketinggian sampai 40.000 feet, tekan dan putar tombol knob untuk memilih ketinggian sebenarnya pada readout. Ketinggian diatur pada tombol FLT ALT readout cabin dual differential pressure untuk mengontrol cabin pressure pada 7,5 Psi jika di readout terbaca kurang dari 28.000 feet dan pada 7,8 Psi jika di readout terbaca 28.000 feet atau lebih.

1.1.4.3. Standby Mode Section
                              Terdapat dua macam fungsi switch yaitu Cabin Rate Control dan  Cab ALT readout and control. Pada Cabin Rate Control terdapat control knob diset pada kecepatan kenaikan cabin altitude yang diinginkan, kecepatannya berkisar :
                              DECR   = kira-kira 500 feet / menit
                              INCR    = kira-kira 2000 feet / menit
INDEX  = digunakan pada kecepatan kira-kira 300 feet / menit (normal).
                              Kemudian yang kedua adalah Cab ALT readout and control yang dapat diatur dari -900 feet (dibawah sea level) sampai dengan ketinggian 13.900 feet. Jika ketinggian dibawah sea level, tombol yang besar diset pada minus 1000 feet column. Dan jika ketinggian di atas sea level telah dipilih, tombol yang besar dirubah pada readout 1000 feet increment sedangkan tombol yang kecil dirubah pada readout 100 feet increment.

1.1.4.4. Manual Mode Section
                              Pada bagian ini juga terdapat dua macam fungsi switch. Yang pertama adalah aft outflow valve position indicator dan yang kedua adalah toggle switch. Aft outflow valve position indicator adalah instrument untuk mengetahui posisi outflow valve selama pengoperasian semua mode. Sedangkan toggle switch mempunyai tiga macam posisi, tengah yaitu untuk keadaan bebas, digerakkan ke kiri untuk menutup valve.dan digerakkan ke kanan untuk membuka valve. toggle switch ini digunakan pada saat memakai mode manual AC atau DC.


Pressurization Control System


1.2. Back Up Control System
                        Merupakan sistem cadangan yang bekerja apabila ketiga mode diatas mengalami kerusakan atau gagal dalam pengoperasiannya. Sistem ini mempunyai beberapa komponen yang bekerja secara berdiri sendiri tanpa ada hubungan dengan sistem. Komponen-komponen tersebut adalah safety relief valve, negatif relief valve dan cabin altitude warning system.
           
 1.2.1.  Safety Relief Valve
                                       Dua safety relief valve, yang dipasang pada bagian fuselage skin aft dibelakang cargo compartment, terletak di sisi kanan dan kiri aft outflow valve.
                                          Komponen ini berfungsi untuk mencegah differential pressure bertambah hingga melebihi 8,65 Psi. Di operasikan secara pneumatic. Komponen ini bersifat bebas dan hanya bekerja pada saat semua pressurized mode control mengalami kegagalan.
1.2.2.  Negative Relief Valve
                              Negative relief valve, dipasang pada fuselage skin pada samping kanan aft cargo compartment. Komponen ini berfungsi untuk mencegah differential pressure melebihi -1 Psi.

1.2.3.  Cabin Altitude Warning System
               Merupakan sistem peringatan yang bekerja saat cabin altitude melebihi 10.000 feet. Komponen ini terletak pada control stand.



2. Trouble Shooting Pressurization System dan Penanganannya
                        Permasalahan yang sering terjadi pada Pressurization system adalah sering terjadinya kebocoran tekanan didalam cabin. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1.      Kurang presisinya penyetelan pintu karena rusaknya seal penyekat antara pintu dan skins pesawat.
Penanganannya :
a.   Lepas pintu dengan cara membuka hinge dari pintu.
b.   Periksa hinge rod apakah sudah sesuai dengan ukuran semula. Jika pintu terlalu masuk, maka setelan hinge rod harus dipanjangkan. Jika terlalu keluar maka perpendek hinge rodnya.
c.   Setelah pintu terlepas, maka setting ulang adjusment screw pada daun pintunya dengan melepas terdahulu lock pinnya.
d.   Putar screw sampai thread terakhir, kemudian kendorkan screw hingga setengah putaran (hingga pintu benar-benar presisi).
Catatan : Pemutaran thread yang berlebihan  dapat menyebabkan adjusment screw rusak.
e.       Ganti seal pintu bila perlu.
f.       Setelah semua pengecekan selesei maka pasang kembali pintu tersebut.
g.      Setelah pintu terpasang, lihat secara visual apakah pintu sudah benar-benar presisi.
h.      Jika masih belum sempurna maka ulangi menurut metode di atas.
2.      Kelalaian pemasangan panel-panel pressurized tanpa dilakukan dengan torque meter.
Penganannya :
a. Lepas panel yang sudah terpasang.
b. Siapkan torque meter.
c. Ulangi pemasangan panel dengan menggunakan  torque meter.
d. Derajat kekencangannya harus sesuai dengan maintenance manual.
    Catatan :   Kekurangan atau kelebihan torque akan berpengaruh pada   kebocoran pressure pada cabin.                       
3.      Kerusakan konstruksi dari drain hole valve yang terdapat dibawah  fuselage  sehingga tidak bisa fleksibel untuk membuka dan menutup.
Penangananya :
a. Lepas drain hole valve.
b. Bersihkan drain hole valve dengan menggunakan air sabun.
    Catatan :   Jangan menggunakan avtur, pemakaian avtur dapat menyebabkan drain hole valve macet.
               c. Bersihkam mounting valve juga dengan menggunakan air sabun.
               d. Ganti drain hole valve bila perlu.
               e. Pasang kembali drain hole valve ke posisi semula.
         4.   Kurang rapatnya pemasangan wing sheal yang terdapat di cockpit.
               Penganannya :
a.       Lepas wind sheal mounting.
b.      Bersihkan kerak yang terdapat pada wind sheal mounting.
c.       Ganti sheal bila ditemukan kerusakan.

d.      Pasanga kembali wing sheal pada posisi semula.